Metroragia: Perdarahan Diantara Dua Siklus Menstruasi
A. Pengertian
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara dua kejadian menstruasi. Perdarahan pada metroragi lebih tidak teratur karena pengaruh hormon yang tidak seimbang dan lebih sering muncul dengan konsistensi bercak-bercak (Schorge, 2008).
Metroragia dideskripsikan sebagai perdarahan diantara dua kejadian menstruasi. Perdarahan pada metroragi lebih tidak teratur karena pengaruh hormon yang tidak seimbang dan lebih sering muncul dengan konsistensi bercak-bercak (Schorge, 2008).
B. Etiologi
Menurut Norwitz (2008), metroragia dapat disebabkan oleh :
Menurut Norwitz (2008), metroragia dapat disebabkan oleh :
1)
Penyakit Sistemika) Penyakit defisiensi protrombin yang dapat
timbul sebagai perdarahan pervaginam.
b)
Hipertiroidisme yang terkait dengan metroragia.
c)
Sirosis yang menyebabkan ketidakteraturan perdarahan pervaginam akibat
berkurangnya kapasitas hati untuk metabolisme esterogen.
2)
Anovulatoris
Akibat
dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan esterogen melimpah dan tidak
seimbang mengarah pada proliferasi endometrium terus menerus yang akhirnya
menghasilkan suplai darah berlebih yang dikeluarkan mengikuti pola iregular dan
tidak
dapat diprediksi.
3)
Ovulatoris
Bercak
darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya bersifat fisiologis.
Itu menandakan ovulasi. Namun fase luteal mungkin memanjang akibat dari korpus
luteum yang menetap. Penyebab lain yang mungkin berdasarkan Varney (2007) :
a)
Kehamilan : terjadi bercak darah saat proses nidasi.
b) Infeksi
: benda asing dalam uterus.
c)
Penggunaan AKDR.
d)
Ovulasi.
e)
Farmakologis : penggunaan obat-obatan.
C. Patofisiologi
Gangguan perdarahan yang dinamakan Metropatia Hemoragika (Metroragia) terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadi hiperplasia endometrium karena stimulasi esterogen yang berlebihan dan terus menerus, skema terlampir (Wiknjosastro, 2010).
Gangguan perdarahan yang dinamakan Metropatia Hemoragika (Metroragia) terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya terjadi hiperplasia endometrium karena stimulasi esterogen yang berlebihan dan terus menerus, skema terlampir (Wiknjosastro, 2010).
D. Faktor predisposisi
Perdarahan
intermenstrual juga dapat diperparah oleh penebalan endometrium oleh karena
hormon esterogen. Esterogen yang sekresi terus menerus akibat dari kegagalan
ovulasi oleh folikel mengakibatkan progesteron tidak dihasilkan karena tidak
adanya korpus luteum. Oleh karena itu endometrium menebal dengan pola ketebalan
yang tidak sama. Lapisan endometrium yang sangat tebal bisa ruptur sehingga
terjadilah spotting. Perdarahan terjadi dengan frekuensi yang tidak teratur
(Astarto, 2011).
E. Faktor risiko
Metroragia
disebabkan oleh berbagai macam hal :
1)
Oleh karena kehamilan : abortus, mola
hidatidosa, kehamilan ektopik.
2) Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun erosi dan polip
2) Diluar kehamilan : pada wanita yang perdarahan kontak maupun erosi dan polip
2)
(Nugroho, 2012). Penggunaan AKDR dapat
mengakibatkan efek samping metroragia (Manuaba, 2008).
F. Keluhan
Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007).
Pasien mengeluhkan tentang menstruasi yang terjadi dengan interval tidak teratur atau terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi (Varney, 2007).
G. Tanda klinis
1)
Siklus menstruasi normal adalah 24 – 35 hari.
2)
Perdarahan terjadi diantara dua kejadian menstruasi.
3)
Perdarahan terjadi dengan konsistensi bercak-bercak (Dutton, 2011 dan Manuaba,
2008).
H. Prognosis
Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan pada subjek. Terapi hormonal menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus ketidakteraturan menstruasi yang sering ditemukan. Sedangkan dilakukan tindakan kuretase efektif untuk wanita yang memiliki kelainan struktural (Norwitz, 2008).
Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan pada subjek. Terapi hormonal menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus ketidakteraturan menstruasi yang sering ditemukan. Sedangkan dilakukan tindakan kuretase efektif untuk wanita yang memiliki kelainan struktural (Norwitz, 2008).
I. Penatalaksanaan dan pengobatan
Metroragia
adalah perdarahan dengan konsistensi bercak-bercak yang terjadi di luar
menstruasi dan disebabkan oleh tidak seimbangya hormonal maupun kelainan organ
genitalia (Manuaba, 2008). Pola perdarahan abnormal pada metroragia adalah
perdarahan uterus biasanya tidak banyak dan timbul pada interval yang tidak
biasanya. Maka dari itu penatalaksanaannya hampir sama dengan perdarahan uterus
disfungsional lainnya, skema terlampir (Manuaba, 2004). Menurut Wiknjosastro
(2010), setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal
dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu
dapat dipengaruhi dengan hormon steroid :
1)
Esterogen : valeras estradiol 20 mg IM. Esterogen yang tinggi kadar darahnya
mengakibatkan perdarahan berhenti.
2)
Progesteron : kaproas hidroksi-progesteron 125 mg IM. Injeksi progesteron
bermanfaat untuk mengimbangi pengaruh esterogen terhadap endometrium.
3)
Androgen : propionas testosteron 50 mg IM. Hormon ini memiliki umpan balik
positif dari perdarahan uterus akibat hiperplasia endometrium.
Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan terapi hormonal. Pemberian esterogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada hari ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid (Astarto, 2011).
Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah dilatasi dan kerokan (Wiknjosastro, 2010). Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi (Manuaba, 2008).
Pada pubertas, pengobatan bisa dilakukan dengan terapi hormonal. Pemberian esterogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan. Terapi dapat dilaksanakan pada hari ke-5 perdarahan uterus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid (Astarto, 2011).
Kecuali pada pubertas, terapi yang baik dilakukan adalah dilatasi dan kerokan (Wiknjosastro, 2010). Ketika semua terapi sudah diberikan namun perdarahan masih belum juga berhenti, langkah terakhir untuk metroragia adalah histerektomi (Manuaba, 2008).